Apa itu klorofil?
Klorofil adalah zat hijau daun yang umumnya terdapat pada tumbuhan atau sayuran hijau. Ada beberapa kandungan yang terdapat di dalam klorofil seperti vitamin dan antioksidan. Manfaat klorofil pada tumbuhan adalah untuk membantu proses fotosintesis.
Pada manusia, klorofil memiliki beberapa manfaat bagi tubuh. Orang-orang mengkonsumsi klorofil dalam bentuk makanan dan suplemen kesehatan. Pada klorofil dalam bentuk suplemen biasanya terdapat tambahan zat seperti tembaga.
Terdapat dua cara mendapatkan manfaat daun klorofil, yaitu dengan langsung mengonsumsi makanan atau mengonsumsi suplemen klorofil.
Manfaat Klorofil bagi Kesehatan, antara lain :
Mempercepat penyembuhan masalah kulit
Klorofil memiliki kandungan yang bersifat antiinflamasi dan antibakteri. Hal ini membuat klorofil memiliki kemampuan untuk meredakan radang dan melawan infeksi bakteri yang terjadi di kulit. Manfaat klorofil juga berlaku untuk menyembuhkan luka pasca operasi.
Meningkatkan Kualitas Sel Darah Merah
Manfaat daun klorofil berikutnya dapat meningkatkan kualitas sel darah merah.
Detoksifikasi dan Pencegah Kanker
Para peneliti telah meneliti efek klorofil terhadap kanker. Salah satu studi yang dilakukan pada hewan menemukan bahwa klorofil mengurangi kejadian tumor hati hingga 29 hingga 63 persen dan tumor lambung sebesar 24 hingga 45 persen.
Sedangkan pada percobaan yang dilakukan pada manusia baru-baru ini, menemukan bahwa klorofil dapat membatasi aflatoksin yang tertelan, merupakan senyawa yang diketahui menyebabkan kanker.
Membantu menurunkan berat badan
Tidak hanya untuk kesehatan medis, klorofil juga memberikan manfaat terhadap program diet Anda. Klorofil dapat menurunkan berat badan. Program penurunan berat badan memiliki peluang berhasil yang lebih tinggi jika diserta dengan mengonsumsi klorofil.
Meredakan Nyeri Pankreas
Klorofil baik dikonsumsi oleh penderita pankreatitis kronis. Hal ini dikarenakan manfaat klorofil bisa meredakan nyeri atau rasa sakit pada penderita pankreatitis kronis. Akan tetapi, cara mengonsumsinya secara intravena yang dilakukan oleh tenaga medis.
Sebagai deodoran alami
Sudah sejak lama, klorofil diketahui dapat menetralisir bau badan. Manfaat klorofil bisa mengurangi aroma tidak sedap pada tubuh atau mulut. Bagi pasien yang telah menjalani kolostomi bisa mengonsumsi klorofil agar bau tidak sedap bisa berkurang.
Memiliki Efek Detoksifikasi
Klorofil sangat efektif untuk membersihkan racun baik di usus, darah, atau lever. Beragam logam berat dan limbah lainnya juga bisa hilang.
Kaya Antioksidan
Tingginya zat antioksidan di dalam klorofil akan melindungi sel tubuh dari kerusakan oksidatif serta memperlambat proses penuaan di tubuh.
Menyerap Mineral
Konsumsi klorofil dapat membantu penyerapan mineral dalam tubuh khususnya magnesium dan kalsium yang baik untuk mendukung kesehatan tulang dan fungsi tubuh lainnya.
Mengontrol Gula Darah
Kandungan magnesium di dalam klorofil membantu mengendalikan kadar glukosa darah, khususnya pada mereka yang menderita penyakit diabetes tipe 2.
===================
Tanaman Alfalfa (Medicago sativa L.)
Dari hasil penelitan mendapati bahwa Tanaman Alfalfa (Medicago sativa L.) mengandung klorofil lebih tinggi dari tumbuhan hijau lainnya.
Kandungan protein tinggi dan klorofilnya empat kali tanaman sayur lainnya. Daun alfalfa banyak mengandung saponin sehingga kandungan protein dan serat yang tinggi sangat cocok digunakan sebagai hijauan bagi ternak sapi atau ruminansia lainnya, bahkan juga baik untuk manusia (Layla, 2005).
Menurut Limantara (2004) klorofil mudah diserap secara sempurna oleh tubuh dan dapat berfungsi sebagai pembersih, pembentuk sel darah merah, berperan membantu sistim imunitas dan ketahanan tubuh dari penyakit serta regenerasi dan regulator sel – sel tubuh, sebagai penguat dan penenang otak.
Berkaitan dengan fungsi tersebut klorofil dapat dimanfaatkan untuk mengatasi beberapa jenis penyakit seperti kanker, jantung, asma dan diabetes. Selain itu juga untuk pengobatan peradangan arthritis, jerawat dan radang tenggorokan, radang pankreas serta iritasi lambung.
Klorofil juga dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan mencegah anemia, sehingga orang yang lebih banyak mengkonsumsi makanan yang tinggi klorofilnya akan memiliki kualitas kesehatan yang lebih baik (Yuli, 2004).
==================
Alfalfa (Medicago sativa) adalah spesies tanaman yang dimanfaatkan sebagai makanan ternak (pakan) untuk sapi perah, kuda, sapi potong, domba, dan kambing.[2] Alfalfa juga digunakan dalam sistem rotasi tanaman pangan karena dapat mengikat nitrogen, memperbaiki struktur tanah, dan mengontrol gulma untuk tanaman berikutnya yang akan dibudidayakan.[2] Sejarah tertua mengenai tanaman ini berasal dari sisa-sisa alfalfa berusia 6000 tahun telah ditemukan di Iran.[3] Tulisan tertua mengenai alfalfa diperkirakan berangka tahun 1300 SM dan ditemukan di Turki.[3]
Sebagai pakan ternak, tanaman ini memiliki kandungan protein, vitamin, dan mineral yang tinggi.[2] Untuk melakukan budidaya alfalfa, kondisi tanah yang harus diperhatikan adalah pH (tingkat keasaman) tanah berkisar 6,3-7,5 dan kandungan garam dalam tanah tidak boleh terlalu tinggi.[2] Selama masa aktif pertumbuhannya, alfalfa tidak membutuhkan tanah yang basah.[2]
Deskripsi[sunting | sunting sumber]
Alfalfa adalah tanaman sejenis tanaman herba tahunan yang memiliki beberapa ciri, yaitu berakar tunggang, batang menyelusur tegak dari dasar kayu dan tingginya berkisar 30-120 cm, serta daun tersusun tiga. Tangkai daun berbulu dan berukuran 5-30 mm.[4] Kedalaman akar alfalfa dapat mencapai 2-4 meter. Saat memulai perkembangan batang, tunas aksiler di bagian bawah ketiak daun akan membentuk batang sehingga mahkota pada bagian dasar menjadi pangkal dan tunas aksiler di atas tanah membentuk percabangan. Perbungaan tersusun pada tandan yang padat dengan bunga kecil berwarna kuning.[5] Tumbuhan ini mampu hidup hingga 30 tahun, bergantung dari keadaan lingkungan.[6] Alfalfa juga memiliki bintil (nodul) akar yang mengandung bakteri Rhizobium meliloti sehingga dapat menambat atau mengikat nitrogen dari atmosfer untuk keperluan tumbuhan.[6]
Kultivasi[sunting | sunting sumber]
Musim penanaman alfalfa biasanya berlangsung pada peralihan antara musim semi ke musim gugur, namun pertumbuhan utama terjadi pada akhir musim semi atau awal musim panas. Tumbuhan ini memerlukan waktu penyinaran yang panjang. Perkembangan perbungaan dari setiap kultivar alfalfa dapat berbeda satu sama lain karena lama penyinaran yang diperlukan juga berbeda. Alfalfa tahan terhadap herbisida seperti benazolin, bentazon, dan asam 2,4-Diklorofenoksiasetat. Apabila ingin menanam alfalfa saja (monokultur), terutama pada musim dingin, dapat digunakan propizamida untuk mencegah pertumbuhan gulma yang mengganggu.[5]
Tanaman ini dapat dibudidayakan bersamaan dengan beberapa tanaman lain, seperti kembang telang (Clitoria ternatea), Cenchrus ciliaris, Macroptilium bracteatum, dan lain-lain.[4] Tanaman alfalfa lebih tahan terhadap kekeringan bila dibandingkan tanaman kacang-kacangan lainnya. Hal ini dikarenakan akar yang panjang dan tanaman memiliki kemampuan melakukan dormansi (tidak aktif) saat musim kemarau yang parah. Saat mencapai kelembaban tertentu, alfalfa dorman dapat kembali aktif.[5]
Pada tahap pembenihan, irigasi umumnya diperlukan. Untuk mencegah hama dan penyakit, penyemprotan fungisida dan insektisida diperlukan dalam masa penanaman. Beberapa agen penyebab penyakit pada alfalfa adalah Xanthomonas alfalfa, Alternaria solani, Fusarium oxysporum, Rhizoctonia solani, Phytophthora megasperma, dan Uromyces striatus. Pada waktu panen, biji-bijian biasanya disemprot dengan pengering tanaman untuk mempercepat pengeringan. Waktu panen yang tepat adalah ketika polong-polongan berisi biji sudah 65-75% berwarna coklat gelap.
Manfaat[sunting | sunting sumber]
Budidaya alfalfa sebagai pakan ternak dilakukan untuk beberapa tujuan, yaitu penggembalaan dan konservasi. Alfalfa dapat ditanaman sendiri ataupun sebagai campuran di antara rumput tropis dan sub-tropis. Bibit alfalfa juga banyak ditanaman sebagai kecambah untuk makanan manusia.[4]
Alfalfa banyak diproduksi karena nilai nutrisi dan produksinya yang menguntungkan, selain itu tanaman ini juga disebutkan memiliki rasa yang enak. Dibandingkan dengan pakan ternak dari tanaman lainnya, alfalfa memiliki kandungan protein dan kalsium yang tinggi, tetapi energi termetabolisme dan kadar fosfor di dalamnya relatif rendah. Alfalfa juga termasuk berserat rendah sehingga mudah mencapai rumen (perut besar) dan mudah dicerna oleh hewan ternak.[4]
Dengan pemberian irigasi, tanaman alfalfa dapat memproduksi 25-27 ton per hektare kadar kering pada tahun pertama dan turun hingga 8-15 ton per tahun pada tahun ketiga. Produksi tersebut bergantung pada densitas tanaman, tingkat resistensi hama dan penyakit, aktivitas di musim dingin, dan hujan yang memengaruhi kelembaban tanah. Dengan hasil produksi tersebut, penanaman alfalfa dapat meningkatkan produksi susu pada sapi. Alfalfa yang tumbuh sepanjang tahun ini juga mencegah terjadinya defisiensi (kekurangan) energi pada ternak dan memperbaiki atau meningkatkan padang rumput.[4]
==================
Klorofil (dari bahasa Inggris, chlorophyll) atau zat hijau daun (terjemah langsung dari bahasa Belanda, bladgroen) adalah pigmen yang dimiliki oleh berbagai organisme dan menjadi salah satu molekul berperan utama dalam fotosintesis. Klorofil memberi warna hijau pada daun tumbuhan hijau dan alga hijau, tetapi juga dimiliki oleh berbagai alga lain, dan beberapa kelompok bakteri fotosintetik. Molekul klorofil menyerap cahaya merah, biru, dan ungu, serta memantulkan cahaya hijau dan sedikit kuning, sehingga mata manusia memvisualisasikan sebagai warna hijau. Pada tumbuhan darat dan alga hijau, klorofil dihasilkan dan terisolasi pada plastida yang disebut kloroplas.
Klorofil memiliki beberapa bentuk. Klorofil-a terdapat pada semua organisme autotrof. Klorofil-b dimiliki alga hijau dan tumbuhan darat. Klorofil-c dimiliki alga pirang, alga keemasan, serta diatom (Bacillariophyta). Klorofil-d dimiliki oleh alga merah (Rhodophyta). Selain berbeda rumus kimia, jenis-jenis klorofil ini juga berbeda pada panjang gelombang cahaya yang diserapnya.
Meskipun bervariasi, semua klorofil memiliki struktur kimia yang bermiripan, yaitu terdiri dari porfirin tertutup (siklik), suatu tetrapirol, dengan ion magnesium di pusatnya dan “ekor” terpena. Kedua gugus ini adalah kromofor (“pembawa warna”) dan berkemampuan mengeksitasi elektron apabila terkena cahaya pada panjang gelombang tertentu.
Karena peran klorofil, tumbuhan darat dapat membuat makanannya sendiri dengan bantuan cahaya matahari sehingga menjadi organisme autotrof.
Klorofil dan fotosintesis[sunting | sunting sumber]
Klorofil dan fotosintesis adalah sesuatu yang sangat berhubungan karena Klorofil sangat penting untuk fotosintesis, yang memungkinkan tanaman untuk menyerap energi dari cahaya.
Molekul klorofil secara khusus diatur di dalam dan sekitar fotosistem yang tertanam dalam membran tilakoid kloroplas. Di bagian ini, klorofil memiliki dua fungsi utama. Fungsi dari sebagian besar klorofil (sampai beberapa ratus molekul per fotosistem) adalah untuk menyerap cahaya dan mentransfer energi cahaya melalui transfer energi resonansi ke sepasang klorofil khusus di pusat reaksi fotosistem.
Kedua saat diterima fotosistem unit fotosistem II dan fotosistem I, yang memiliki klorofil sendiri pusat reaksi yang berbeda, bernama P680 dan P700, masing-masing. Pigmen ini dinamai panjang gelombang (dalam nanometer) merah-puncak maksimum penyerapan mereka . Sifat identitas, fungsi dan spektral dari jenis klorofil di setiap fotosistem yang berbeda dan ditentukan oleh satu sama lain dan struktur protein yang mengelilingi mereka. Setelah diambil dari protein ke dalam pelarut (seperti aseton atau metanol).
Fungsi dari klorofil pusat reaksi adalah dengan menggunakan energi yang diserap oleh dan dipindahkan ke sana dari pigmen klorofil lainnya di fotosistem untuk menjalani pemisahan muatan, reaksi redoks tertentu di mana klorofil menyumbangkan elektron ke dalam serangkaian intermediet molekul yang disebut rantai transpor elektron. Reaksi dibebankan pusat klorofil (P680 +) yang kemudian dikurangi kembali ke keadaan dasar dengan menerima elektron. Dalam fotosistem II, elektron yang mengurangi P680 + akhirnya berasal dari oksidasi air menjadi O2 dan H + melalui intermediet beberapa. Reaksi ini adalah bagaimana organisme fotosintetik seperti tanaman menghasilkan gas O2, dan merupakan sumber untuk hampir semua O2 di atmosfer bumi. Fotosistem I biasanya bekerja secara seri dengan fotosistem II, sehingga + P700 dari fotosistem I biasanya berkurang, melalui intermediet banyak dalam membran tilakoid, oleh elektron akhirnya dari fotosistem II. Reaksi transfer elektron dalam membran tilakoid yang kompleks, bagaimanapun, dan sumber elektron yang digunakan untuk mengurangi P700 + dapat bervariasi.
Aliran elektron dihasilkan oleh pigmen reaksi pusat klorofil digunakan untuk antar-jemput H + ion melintasi membran tilakoid, menyiapkan potensi kemiosmotik digunakan terutama untuk menghasilkan ATP energi kimia, dan elektron-elektron pada akhirnya mengurangi + NADP ke NADPH, reduktor universal yang digunakan untuk mengurangi CO2 menjadi gula serta pengurangan biosintesis lainnya.
Reaksi pusat klorofil-protein kompleks mampu langsung menyerap cahaya dan melakukan kegiatan tanpa biaya pemisahan pigmen klorofil lain, tetapi salib penyerapan bagian (kemungkinan menyerap foton di bawah intensitas cahaya yang diberikan) kecil. Dengan demikian, klorofil yang tersisa di fotosistem dan kompleks antena protein pigmen yang berhubungan dengan fotosistem semua kooperatif menyerap dan menyalurkan energi cahaya ke pusat reaksi. Selain klorofil, ada pigmen lain, yang disebut pigmen aksesori, yang terjadi dalam protein kompleks pigmen antena.
Sebuah siput laut hijau, Elysia chlorotica, telah ditemukan untuk menggunakan klorofil untuk dimakan dan melakukan fotosintesis untuk dirinya sendiri. Proses ini dikenal sebagai kleptoplasty, dan tidak ada hewan lainnya yang memiliki kemampuan ini. Klorofil beperan pada fotosintensis bersifat autotrof karna dapat membuat makanan sendiri.
Mengapa hijau dan tidak hitam?[sunting | sunting sumber]
Bagian lain dari sistem fotosintesis tanaman hijau masih memungkinkan untuk menggunakan spektrum cahaya hijau (misalnya, melalui struktur daun-perangkap cahaya, karotenoid, dll). Tanaman hijau tidak menggunakan sebagian besar dari spektrum yang terlihat seefisien mungkin. Sebuah pabrik hitam dapat menyerap lebih banyak radiasi, dan ini bisa menjadi sangat berguna, jika panas tambahan yang diproduksi secara efektif dibuang (misalnya, beberapa tanaman harus menutup bukaan mereka, yang disebut stomata, pada hari-hari panas untuk menghindari kehilangan terlalu banyak air, yang meninggalkan konduksi hanya, konveksi, dan radiasi panas-rugi sebagai solusi). Pertanyaannya mengapa menjadi molekul menyerap cahaya hanya digunakan untuk kekuasaan pada tanaman hijau dan tidak hanya hitam.
Shil DasSarma, ahli genetika mikroba di University of Maryland, telah menunjukkan bahwa spesies archaea lakukan menggunakan molekul lain menyerap cahaya, retina, untuk mengekstrak listrik dari spektrum hijau. Dia menggambarkan pandangan beberapa ilmuwan bahwa seperti hijau-menyerap cahaya archae pernah mendominasi lingkungan bumi. Ini bisa meninggalkan membuka “niche” untuk organisme hijau yang akan menyerap panjang gelombang lain dari sinar matahari. Ini hanya kemungkinan, dan Berman menulis bahwa para ilmuwan masih belum yakin dari penjelasan satu.
Astronom dan ahli matematika Fred Hoyle menduga bahwa klorofil adalah mungkin menjadi molekul antar, menunjukkan kesamaan sifat cahaya menyerap debu antarbintang.
==================
Disadur dari :
doktersehat.com , liputan6.com
buletin anatomi dan fisiologi volume XVI, nomor 2, Oktober 2008
id.wikipedia.org